Prof. Tumiran: Hentikan Ketergantungan dengan Produk Luar Negeri

Jakarta, Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus Dewan Pembina Asosiasi Produsen Wadah Makan Indonesia (APMAKI), Prof. Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D., menyerukan langkah konkret pemerintah untuk memperkuat industri dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan pada produk impor. Seruan ini ia sampaikan dalam wawancara eksklusif di sela Talkshow APMAKI bertema “Peran Serta Industri dalam Negeri dalam Mendukung Terjalinnya Keamanan dan Kesehatan Konsumen Indonesia” yang berlangsung di Hotel Best Western, Senayan, Jakarta (13/08/25).

Dengan nada penuh keyakinan, Prof. Tumiran menegaskan bahwa industri lokal memiliki peran ganda yang sangat strategis sebagai motor penggerak ekonomi sekaligus benteng perlindungan konsumen. “Industri lokal harus terus berinovasi untuk menghadirkan produk yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga aman dan berkualitas bagi masyarakat,” ujarnya.

Menurutnya, dukungan pemerintah terhadap sektor industri tidak bisa bersifat parsial atau sekadar seremonial. Kementerian-kementerian terkait, kata Tumiran, harus memiliki sensitivitas terhadap tantangan lapangan yang dihadapi pelaku usaha. “Presiden dan para menteri harus melihat industri sebagai instrumen utama penciptaan lapangan kerja. Semua sumber daya, termasuk anggaran negara, perlu diarahkan untuk memperkuat produksi di dalam negeri,” tegasnya.

Prof. Tumiran menyoroti persoalan mendasar yang selama ini membebani perekonomian Indonesia ketergantungan yang berlebihan terhadap produk impor, bahkan untuk kebutuhan pokok seperti bahan pangan dan material sederhana. Padahal, sebagian besar di antaranya sebenarnya bisa diproduksi di dalam negeri dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan manusia yang ada.

“Kita harus bisa memproduksi teknologi dan produk, dari yang besar sampai yang kecil, di dalam negeri. Kalau mau menuju Indonesia Emas 2045, kita tidak boleh lagi jadi bangsa yang urusan makannya saja masih impor,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa kemandirian ekonomi bukan hanya jargon, tetapi prasyarat mutlak untuk melindungi kedaulatan negara. Untuk itu, ia mendorong adanya percepatan pengembangan industri strategis dan industri rakyat, agar Indonesia tidak menjadi sekadar pasar bagi produk asing.

Selain membangun kapasitas produksi, Prof. Tumiran juga menekankan urgensi penelitian dan pengawasan ketat terhadap struktur material dan kandungan kimia produk terutama produk impor yang beredar luas di pasaran. Tanpa riset yang memadai, konsumen akan selalu berada pada posisi rentan terhadap risiko kesehatan.

“Ada bahan-bahan tertentu yang bisa membahayakan nyawa, dan itu harus kita deteksi. Negara punya kewajiban untuk melindungi warganya dari risiko seperti ini,” katanya.

Menurutnya, perlindungan konsumen tidak boleh hanya fokus pada mutu barang jadi, tetapi juga harus menyentuh proses produksi, pemilihan bahan baku, dan standar keamanan yang diterapkan.

Dalam pandangan Prof. Tumiran, pembangunan ekonomi nasional tidak cukup hanya mengandalkan kebijakan makro. Diperlukan program nyata yang mampu menggerakkan ekonomi lokal dan memicu efek berantai terhadap kesejahteraan masyarakat.

Ia mencontohkan industri pertanian jagung. Jika digarap serius dengan dukungan teknologi tepat guna, sektor ini dapat menciptakan rantai pasok yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, mulai dari petani, pengolah, hingga industri hilir yang memanfaatkan jagung sebagai bahan baku.

“Semua teknologi yang bisa kita kembangkan di dalam negeri harus kita dorong. Kita punya SDM, punya potensi, tinggal kemauan politik dan koordinasi yang harus diperkuat. Indonesia harus menjadi negara besar, dan itu dimulai dengan mengurus kebutuhan rakyatnya dari produksi sendiri,” tegasnya.

Harapan untuk Gerakan Bersama

Menutup pernyataannya, Prof. Tumiran mengajak seluruh pemangku kepentingan pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku industri, akademisi, hingga masyarakat untuk memiliki komitmen yang sama dalam membangun kemandirian industri nasional.

industri nasional.

“Kalau semua bergerak bersama, kita bisa wujudkan Indonesia yang kuat, mandiri, dan berdaulat,” pungkasnya.Prof. Tumiran

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *